Sekolah, SD, SMP, SMA, Kuliah dan sama dari semua itu hasilnya ialah
satu nama "LULUS", tetapi sangat disayangkan bahwa banyak lulusan dari
negeri kita ini yang memiliki IPK ( Indeks Prestasi Komulatif ) tinggi
tapi ketika setelah di wisuda tidak memiliki misi dan visi yang jelas
sehingga ketika lepas dari kampusnya mereka tak tahu harus bagaimana,
bahkan banyak yang lupa akan ilmu perkuliahan dan ijazah yg dimiliki tak
termanfaatkan ( sama seperti Saya ijazahnya belum terpakai :) )
Banyak dari kita memiliki mindset bahwa sekolah itu harus memiliki nila
yang tinggi, lulus dengan nilai UN yg tinggi, lulus dengan IPK besar
biar cumlaude. Hal itu sangat bagus dan Saya juga tidak memungkiri
menginginkan hal tersebut apalagi waktu Saya kuliah Saya mendapat
beasiswa dan syaratnya harus IPK di atas 3.00 tapi banyak yang
menginginkan hal tersebut tanpa diiringi kemampuan lain selain bidang
untuk menguasai mata kuliah yang ada.
Sobat, selama kita menempuh bangku pendidikan jangan terpaku hanya duduk
dirumah mempelajari mata pelajaran/ mata kuliah saja, carilah ilmu2
lain yang dapat membuat mental kita semakin besar dan siap menghadapi
dunia nyata ini. Ya mungkin sekarang kalian masih di bangku sekolah n
bangku belajar belum merasakan kehidupan nyata, terutama yang hanya
mengandalkan dan berbangga pada harta orang tua, tapi setelah kalian
lulus INGAT kalian akan sendiri menghadapinya, siapkanlah diri kalian
masing-masing untuk mendapatkan impian kalian mulai DARI SEKARANG...!!
:)
Disini Saya sertakan sebuah pidato yang sangat bagus dari Lulusan Terbaik sebuah Universitas di Amerika Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010, bernama Erica Goldson, semoga menjadi pelajaran bagi kita semua :)
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah
pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan
terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa
mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan
teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah
yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan
juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi
ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang
diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang
mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini.
Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah
pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap
subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja,
sekarang saya mulai ketakutan…….”
Yang mau melihat videonya langsung bisa di sini:
Dan Terakhir cuma sebuah pertanyaan dari Saya untuk kalian yang pertanyaan ini juga Saya tanyakan pada diri Saya sendiri;
2 comments
Pidatonya menyentuh dan itu adalah realitas kehidupan,
Replysaya mau komen lebih tapi udah jadi gak bisa..
yang jelas setelah lulus kalo masih ada kesempatan belajar harus belajar dan harus jadi sukses.
yang pasti membuat usaha bro,
ReplyBekerja untk diri sendiri
Tp yg msh bingung it usaha ap yg skrg prospekny bgus ya :s
Karna kalau di pikir2 buat ap kita kuliah tp hny untk bekerja untk org lain.
Posting Komentar